Diprediksi mampu menyaingi bandara terbaik di Asia Tenggara yang berada di negara Singapura yakni Changi Int Airport. Kini Sumatera Utara pantas berbangga hati atas kehadiran Bandara Kuala Namu (KNO)
Kuala Namu, bandara terbesar ke dua di Indonesia setelah Soekarno - Hatta. Namun bila dilihat dari segi sarana dan prasarana bandara yang terletak di Deli Serdang ini jauh lebih unggul. Mulai dari fasilitas railway yang terkoneksi langsung ke bandara dan sistem check-in BHG, keduanya hanya bisa ditemukan di Kuala Namu Airport
Beberapa tahun terakhir pertumbuhan pariwisata di Sumatera Utara cukup mengalami low-proggresment. Hal ini dipicu kurangnya kenyamanan wisatawan baik lokal maupun internasional ketika berkunjung. Seperti rendahnya hospitality pelaku pariwisata dan masyarakat, sulitnya akses, kurangnya informasi, dan juga transportasi baik udara, darat, maupun laut.
Gate of impression, banyak wisatawan maupun passenger yang mengeluh akan buruknya bandara terdahulu, Polonia Airport (MES). Akibatnya fatal, promosi mouth to mouth berdampak buruk. Banyak wisatawan yang hendak berkunjung membatalkan perjalanannya dan beralih ketempat lain.
Sebagai bandara termuda untuk saat ini, Kuala Namu akan memberi sumbangan besar bagi kemajuan pariwisata Sumatera Utara bila mengusung konsep social responsibility. Kecanggihan dan megahnya KNO akan menciptakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dukungan masyarakat untuk lebih peduli akan kepariwisataan sangat diharapkan, begitu juga dengan kesadaran terhadap hospitality industry.
Namun sangat disayangkan, standard internasional berbuntut komersialiasi. Semenjak resmi dioperasikan KNO telah menuai berbagai kritik. Diantaranya adalah tax yang mahal. Untuk saat ini sampai beberapa waktu kedepan diberikan tarif Rp. 35.000 tetapi pihak pengelola akan menaikkan tax sebesar Rp. 250.000 untuk penerbangan internasional dan Rp. 100.000 untuk penerbangan lainnya. Selain itu tarif kereta sebagai transportasi tercepat juga cukup mahal, Rp. 80.000
Akankah berdampak baik?
Kuala Namu, bandara terbesar ke dua di Indonesia setelah Soekarno - Hatta. Namun bila dilihat dari segi sarana dan prasarana bandara yang terletak di Deli Serdang ini jauh lebih unggul. Mulai dari fasilitas railway yang terkoneksi langsung ke bandara dan sistem check-in BHG, keduanya hanya bisa ditemukan di Kuala Namu Airport
Beberapa tahun terakhir pertumbuhan pariwisata di Sumatera Utara cukup mengalami low-proggresment. Hal ini dipicu kurangnya kenyamanan wisatawan baik lokal maupun internasional ketika berkunjung. Seperti rendahnya hospitality pelaku pariwisata dan masyarakat, sulitnya akses, kurangnya informasi, dan juga transportasi baik udara, darat, maupun laut.
Gate of impression, banyak wisatawan maupun passenger yang mengeluh akan buruknya bandara terdahulu, Polonia Airport (MES). Akibatnya fatal, promosi mouth to mouth berdampak buruk. Banyak wisatawan yang hendak berkunjung membatalkan perjalanannya dan beralih ketempat lain.
Sebagai bandara termuda untuk saat ini, Kuala Namu akan memberi sumbangan besar bagi kemajuan pariwisata Sumatera Utara bila mengusung konsep social responsibility. Kecanggihan dan megahnya KNO akan menciptakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dukungan masyarakat untuk lebih peduli akan kepariwisataan sangat diharapkan, begitu juga dengan kesadaran terhadap hospitality industry.
Namun sangat disayangkan, standard internasional berbuntut komersialiasi. Semenjak resmi dioperasikan KNO telah menuai berbagai kritik. Diantaranya adalah tax yang mahal. Untuk saat ini sampai beberapa waktu kedepan diberikan tarif Rp. 35.000 tetapi pihak pengelola akan menaikkan tax sebesar Rp. 250.000 untuk penerbangan internasional dan Rp. 100.000 untuk penerbangan lainnya. Selain itu tarif kereta sebagai transportasi tercepat juga cukup mahal, Rp. 80.000
Akankah berdampak baik?
0 komentar:
Posting Komentar